Garam Tapobaran Mampu Penuhi Kebutuhan Garam di Flores

suluhnusa.com – Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kabupaten Lembata, Gabriel Warat, mengatakan, selama ini produksi garam di Desa Tapobaran, masih terbatas. Hanya sekitar 30 ton per bulan. Volume produksi tersebut seiring dengan luas lahan yang digarap, baru setengah hektare.

“Saat ini lahan garam yang baru digarap seluas setengah hektare. Dari luasan lahan tersebut garam yang dipanen sebanyak 5 ton. Tapi volume panen itu dilakukan selang 5-6 hari sehingga dalam satu bulan garam yang dipanen mencapai 30 ton,” ujarnya.

Bila dikalkulasikan secara matematis garam tersebut dijual seharga Rp 1.000 per kg, maka dari 30 ton garam itu diperoleh uang sebanyak Rp 30 juta per bulan. Itu berarti dalam satu tahun diperoleh yang dari garam itu sebanyak Rp 1,2 miliar.

“Uang Rp 1,2 miliar didapat dari setengah hektar lahan garam yang digarap saat ini. Bayangkan kalau lahan yang digarap 10 hektar atau bahkan 100 hektar, maka uang yang berputar di Lembata mencapai miliaran rupiah hanya dari garam,” ujar Gabriel yang juga mantan Asisten 2 Sekda Lembata itu.

Daerah ini, lanjut dia, memiliki lahan yang sangat potensial bagi pengembangan garam. Dan, pemerintah juga sedang serius merencanakan pengembangan garam di daerah ini. Untuk itu ia meminta dukungan dari seluruh komponen masyarakat.

Dukungan masyarakat, lanjut dia, sangat menentukan berhasil tidaknya rencana pemerintah menjadikan Lembata sebagai salah satu daerah produsen garam. Menjadi produsen garam setidaknya untuk kebutuhan lokal, yakni kebutuhan di daerah itu juga untuk daerah sekitar seperti Adonara, Solor juga Flores.

(sandro/humas)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *