suluhnusa.com – Nuha Mekko, demikian orang-orang menyebut pulau kecil di tengah laut ini. Hari Selasa Akhir Juni 2017 tepat pukul 12.50 Wita, bersama istri dan rombongan sahabat serta keluarga kami tiba di kampung Mekko.
Mekko merupakan dusun III Desa Pledo Kecamatan Witihama. Kampung Mekko ini berpenduduk mayoritas Bajo, dan 100% beragama islam.
Melihat waktu di handhone kami pun bergegas menuju rumah warga untuk meminta air wudhu guna melaksanakan sholat dzuhur di Masjid Kampung ini. Seorang ibu yang rumahnya tak jauh dari masjid menyiapkan air untuk kami. Karena waktu sholat yang tepat telah lewat, kami pun sholat dzuhur sendirian.
Selepas menunaikan kewajiban ini saya beserta rombongan menuju Nuha menggunakan perahu dengan tarif Rp. 15.000 perorang untuk perjalanan pulang dan pergi dengan jarak tempuh kurang lebih 700 Meter dari bibir pantai Mekko. Kami akhirnya tiba di hamparan pasir putih yang luarnya sekira 20 M x 12 M. Sungguh sangat menakjubkan, saat tiba di tempat ini telah banyak orang, sebagian sudah cukup saya kenal.
Tidak ada aktivitas lain di tempat ini. Selain memanfaatkan kamera hanpond dan berbagai kamera guna mengabadikan setiap detik moment berharga di tempai ini. Kejernihan air laut, membiru, semilir angin sepoi menambah romantis suasana.
Perpaduan akan kejernihan lautnya dengan hamparan kristal pasir putih yang lembut menambah cantik dan eksotik tempat ini. Ketika tiba di tempat ini pengunjung seakan digoda untuk tetap bertahan di tempat ini. Di sebelah timur berdiri kokoh Ile Ape yang seakan tengah menyampaiakan ketakjubannya pada alam Adonara. Begitu juga dari arah utara Ile Boleng menjulang tinggi menyentuh awan.
Deretan perbukitan yang dipenuhi dengan rerumputan hijau dan pohon lontar. Meskipun ombak di tempat ini tidak membahayakan, tetapi pengunjung wajib berhati-hati terutama terhadap anak-anak karena belum ada life guard.
Sebagai anak Adonara yang lahir di tanah ini, rasanya tak sempurna kecintaan kita terhadap Adonara jika kita belum mengunjungi tempat ini.
(catatan perjalanan Asy’ari Hidayah Hanafi)