
suluhnusa.com_Warga Desa Painapang Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur, pada setiap tahunya di bulan Juni hingga November selalu mengalami krisis air untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari.
Krisis air ini, diakibatkan oleh debit air yang menurun pada musim kemarau.
Warga Desa Painapang, dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari, memanfaatkan air dari mata air Wai Kemea. Jarak mata air ke kampung kurang lebih 2 Km. Untuk mengurus air di kampung, selama ini swadaya dari masyarkat dibawah koordinasi Pemerintah Desa Painapang.
Kesulitan air yang dirasakan warga dari hari ke hari semakin meresahkan. Aktivitas harian warga, terhambat akibat krisis air yang melanda. Mencuci, masak,mandi dan pemenuhan kebutuhan hidup lain dengan menggunakan air terhambat. Warga desa Painapang, terpaksa harus berjalan ke kampung tetangga Lewotala sejauh kurang lebih 1 Km untuk mengambil air, memenuhibutuhan sehari – hari.
Siska Kiabeni (35) warga Dusun Riangbao mengatakan,sudah beberapa minggu ini kami mengalami kesulitan air bersih. untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya harus mengantri beberapa jam setiap hari itupun hanya untuk mendapatkan satu atau dua ember saja.
“Yang terpenting bisa masak. Terkadang anak-anak ke sekolah di saat krisis air seperti ini tidak mandi hanya lap muka saja. Saya sebagai ibu rumah tangga meninggalkan pekerjaan rumah karena mengantri air,”keluh Kiabeni.
Hal senada juga disampaikan Dian Baluk (24). Ia mengatakan krisis air tiap tahun terjadi sekitar bulan Juni sampai dengan November. Yang lebih setengah mati di bulan Agustus sampai dengan November. Bulan-bulan itu airnya macet total.
“Sekarang saja kita sudah ambil air di Lewotala. kalau kesulitan sama sekali maka kita harus pesan air yang di jual oto. Antri untuk mendapatkan air yang keluar hanya tetesan ini, tentu membosankan namun mau bilang apa,” tandasnya.
Tokoh masyarakat juga mantan kepala Desa Desa painapang Yohanes Hugu Hewen,mengatakan krisis air di Lamatou sudah lama. Berbagai usaha dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air di desa ini sudah ada misalnya penyediaan bak penampung air dan bendungan.
Namun untuk bendungan sampai sekarang gagal total. proyek dengan menghabiskan dana sekitar puluhan jutaan tersebut sia-sia belaka karena sudah hampir delapan tahun ini airnya tidak ada. Dan sekarang aparat pemerintah desa bersama masyarakat berusaha mengatasi krisis air di desa ini secara swadaya dengan membuat bendungan di mata air wailiha untuk di alirkan ke Lamatou yang jaraknya sekitar tujuh kilo meter. Semoga upaya ini bisa berhasil.
Ia menambahkan, untuk swadaya, masyarakat diwajibkan mengumpul satu juta Rupiah per kepala keluarga. pengumpulanya secara bertahap yakni Tiga ratus lima puluh ribu rupiah.
Untuk diketahui bahwa pengerjaan air di Wailiha belum bisa dikerjakan karena panitia dan masyarakat sangat kesulitan dalam hal finansial untuk membeli pipa. Menurut rencana, keberadaan mata air itu berada di lembah yang cukup dalam maka harus digunakan dengan pompa atau solarex untuk mendongkrak air untuk bisa naik sampai di atas.
Namun semua rencana itu belum terealisasi mengingat biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu kami sangat berharap kepada pemerintah Kabupaten Flores Timur maupun pihak lain untuk bisa membantu kami sehingga krisis air di Lamatou bisa diatasi.
Tobias dan Matias Ruron
Warga Desa Painapang- Anggota Agupena Flotim
HP. 0821 4772 8085/ 081 338 059 877