KUPANG, SULUH NUSA – Satu tahun setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1946 ada seorang tentara KNIL asal Bello yang bertugas di Pulau Jawa bernama Samuel Bekon Saijuna kembali berlibur ke Bello.
Bisa diduga sumber ini bahwa tentara KNIL dimaksud mendapat cuti setelah semua Tentara dinyatakan berhasil merebut kekuasaan atas penjajah.
Saat kedatangannya di Bello Samuel Bekon (tentara KNIL) dimaksud tak sendirian tetapi dengan pendamping hidupnya (istri) bernama Maria Martha atau bagi umat perdana Katolik Bello saat itu sering menyapanya Mama Ma’a.
Menurut penuturan Osias Faku dan Yakobus Toasu (alm) dari beliaulah (mama Ma’a) kepada mereka diajarkan tanda salib atau dalam bahasa Dawan Timor Kupang (Tek amaf). Pada tahun itu cara berdoa Katolik hanya diajarkan kepada keluarga Marthinus Toasu.
Menariknya ternyata Bapak Samuel Bekon itu seorang Kristen Protestan tetapi setelah menikah dengan sang istri Maria Martha di pulau Jawa barulah ia mengikuti istri menjadi Katolik.
Ini adalah keterangan Stefanus Toasu salah satu Putra dari Marthinus Toasu yang kemudian pulang dan bersama sang istri mengajarkan Katolik kepada bebarapa orang pengikut Katolik Perdana di Bello di tahun 1946.
Namun ternyata Samuel Bekon dan sang istri benar hanya berlibur sehingga pada tahun 1947 ia bersama istri kembali ke Pulau Jawa. Lalu siapa selanjutnya yang Mengajarkan Katolik atau melanjutkan rintisan Samuel Bekon dan istri Maria Martha.
Ternyata satu tahun itu vakum kecuali keluarga-keluarga yang telah diajarkan Tanda Salib dan Doa Bapa Kami Dan Doa Salam Maria mereka secara mandiri selama 1947 sampai 1948.
Kemudian pada tahun 1949 datang seorang Katolik Mathias Magung dan melanjutkan penyebaran Katolik dan mengajarkan Katolik kepada beberpa umat perdana kepada Marthinus Toasu dgn Istri Elisabet Toasu Boenbalan, Nikodemus Takene dan istri Ester Bilaut, Benyamin Toasu dan istri Anaci Patnaj, Katarina Ibu dan Suami Petrus Bilaut, Korinus Tuan (Pemuda). sampe satu tahun 1950. mengajarkan Katolik kepada beberapa keluarga.
Hingga tiba 1950 Samuel Bekon Kembali lagi ke Bello bersama istri dan seorang putranya bernama Sete Bekon yang pada saat itu kemungkinan Samuel telah pensiun.
Saat itu agama Katolik mulai dikenal dan dibangun sebuah bangunan rewot di tanah milik Marthinus Toasu berukuran kurang lebih 4×6 meter persegi beratap gebang dinding bambu dan lantai tanah. (sekarang bekas kapela perdana saat itu ada bangunan rumah bapak Stefanus Toasu).
Samuel Saijuna bersama istri saat itu bergantian mengajarkan agama Katolik dibantu Kornelis Kase dan seorang pemuda saat itu Korinus Tuan.
Itu berlangsung diajarkan oleh mama Maria Martha (mama ma’a) Selama 1950 sampai 1955. Pada saat itu gereja sesekali dikunjungi Pater Iku, SVD dari Katedral Kristus Raja Kupang bersama seorang guru Agama Katolik Matias Magung.
Kemudian sekira pada tahun tahun 1955 datang seorang pastor bernama Pater Vefer, SVD Dari Katetral Kupang. Datang misa datang di suatu hari Minggu pagi datang misa kemudian beberapa tahun kemudian sekira tahun 1956 sampai 1960 datang. Pastor Andreas Matutina datang sesekali di Bello.
Kemudian tahun 1960 datang lagi Pater Piet Manehat, SVD dan Pater Iku,SVD dan Herman Kaiser, SVD. Saat itu kapela sudah berpindah ke tanah bapak Nikodemus Takene.
Kemudian masi di tahun itu pada tahun 1960 seorang guru agama Katolik dari Katetral bernama Mathias Magung datang lagi dan mendata semua umat untuk di permandikan dan sambut baru.dan saat itu umat Katolik sudah mulai berkembang kurang lebih 11 KK.
Tahun 1960 Saat itu ukuran gereja sudah sedikit besar sekitar 6×12 atap seng dinding bebak lante tanah. Saat itu gereja setiap minggu ibadat dipimpin Kornelis imam Katolik terus bertambah seiring bergantinya Paroki dari awal Paroki Katetral Kristus Radja Kupang, Paroki Santo Yosep Naikoten, Paroki Santa Familia Sikumana hingga kini Stasi Santo Agustinus Bello berada di bawah naungan Paroki Santo Fransiskus Kolhua Kota Kupang.
Hingga kini jumlah umat di Kapela sulung di Kota Kupang itu menjadi 2800 jiwa terdiri dari delapan (8) Kelompok Umat Basis. Bahkan dari Kapela tersebut telah melahirkan tiga orang imam Projo dan 7 orang suster yang berkarya di Keuskupan Agung Kupang dan di luar NTT.
Para Umat Perdana yang pernah berjasa dalam pengembangan sejarah Gereja Katolik di Bello;Samuel Bekon Saijuna
Maria Martha (mama Ma’a); Marthinus Toasu; Benyamin Toasu; Nikodemus Takene; Mathias Magung; Kornelis Kase; Lambertus Liu; Frans Takene; Frans Kase.
Sejak saat itu Stasi Santo Agustinus Bello sempat berlindung di Beberpa Paroki Besar di Keuskupan Agung Kupang. Seperti.
Paroki Kristus Radja; Paroki Santo Yosep Naikoten; Paroki Santa Fammilia Sikumana dan kini dibawah naungan Paroki Santo Fransiskus dari Asisi Kolhua.
Tentara KNIL Samuel Bekon Saijuna awalnya dari keluarga yang beriman Kristen Protestan yang kemudian menjadi yang pertama menyebarkan agama Katolik di Bello bersama sang istri keturunan dan asli suku Jawa yang memang beragama Katolik.
Sejarah ini Hasil wawancara penulis (Goris Takene) dengan Narasumber sejumlah tokoh Iman Perdana di Bello (Yakobus Toasu (alm), Yulius Tuan (alm), Juliana Toasu (almarhuma).