suluhnusa.com– Hari ke dua di momen Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2018, Rabu (23/5/18) saya menemukan seorang sosok muda yang cukup inspiratif dalam mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Namanya Munawir Patilima, S.Pd. Pria asal Gorontalo ini, dalam persentasinya cukup memukau peserta seminar,sebab yang ia ditampilkan adalah perjuangannya dalam keterbatasan,mampu meraih prestasi bersama siswanya di level nasional. Berangkat dari adanya Sanggar Literasi yang ia gagas di sekolahnya.
Apa yang dilakukan Munawir di sekolahnya SD 9 Atinggola Gorontalo Utara ini..?Saya mendapatkan kesempatan mewawancarai langsung untuk menggali lebih jauh apa yang ia lakukan di sekolahnya hingga 12 kejuaraan tingkat nasional sejak 2015 hingga kini, mampu diraih oleh anak anak dibawah dampingannya.
Kisah awalnya demikian,sejak menjadi guru baru di SDN 9 Atinggola, muncul sebuah ide gila yakni menyulap rumah guru yang sudah tidak dimanfaatkan lagi karena bangunan yang sudah tua menjadi sanggar literasi di sekolahnya. Obsesinya cukup tinggi melihat potensi anak yang luar biasa, namun ruang kompetisi tidak disiapkan.Ia kemudian menyampaikan niatnya ke Kepala Sekolah dan guru guru dan dibangun kesepakatan secara lembaga mengeksekusi idenya.
Walau latar belakang ilmunya PGSD, Ia memiliki kemampuan plus pada bidang teater, melukis, menyanyi, bermain alat musik dan lain lain yang ia dapat saat bergabung dengan Komunitas Sendratasik Unesa. Dengan bekal ini, ia jamin mampu menghantar anak anak di sekolahnya dapat meraih prestasi di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Setelah lembaga sepakati, mereka melakukan sosialisasi kepada siswa dan juga orang tua, untuk mendirikan Sanggar Literasi. Siswa,orang tua dan para guru semua dilibatkan dalam penyiapan tempat yang akan dijadikan sebagai ruang kreasi anak anak di sekolahnya.
Adapun kegiatan yang dilakukan disanggar Literasi adalah,melatih anak anak mendalami bakat dan potensinya. Bermacam – macam kegiatan dilaksanakan di tempat itu, mulai dari melukis, mewarnai, cipta puisi,baca puisi, menulis cerpen, melatih teater,berpidato, pantomin, dan beragaman kegiatan kegiatan lain yang sebelumnya sudah diketahui olehnya, bahwa kemampuan anak anak itu ada kesempatan lombanya, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
“Saya mendampingi,dan memberi ruang seluas luasnya untuk mereka berekspresi. Di ruang Sanggar Literasi, siswa berkreasi sendiri. Mereka memberi warna pada dinding, menempelkan karya, memajang lukisan dan menjadikan ruang itu untuk mencipta puisi, baca puisi, berteater dan lain – lain. Semua kegiatan ini dilakukan pada jam ekstrakurikuler, kata Munawir.
Dari ketekunan pendampingan, anak anak mulai meraih juara melukis di tingkat kabupaten,menjuarai gambar bercerita di tingkat propinsi, hingga mampu meraih kejuaraan tingkat nasional dalam ajang cipta dan baca puisi dan melukis gambar juga lomba bercerita yang dilaksanakan oleh Lembaga Perpustakaan.Bahkan pernah 12 jenis lomba dalam kabupaten, utusan siswa semuanya dari Sanggar Literasi. Menurut Munawir, karena siswa yang dipilih mengikuti lomba adalah siswa yang benar benar siap.
“Guru hebat adalah guru yang mampu membuat siswanya hebat.Anak anak punya bakat, dan kita sebagai guru harus juga memiliki bakat dan semangat, sehingga anak bisa termotivasi dan terinspirasi mengikuti jejak kita. Bakat itu harus terus diasah. Ada sekian banyak potensi anak, namun kadang kita tidak mampu mengidentifikasi dan tidak bisa memberi ruang dan kesempatan untuk berkompetisi,”kata Munawir.
Pria ini, sudah beberapa kali menjadi guru berprestasi tingkat nasional, lewat karya karya gilanya.Ia patut diteladani.***
maksimus masan kian