suluhnusa.com – Dia terbaring lemah. Tangan kirinya dipasangi selang infus. Sambil diinfus, Dia disusui ibunya. Berat badan kisaran 6 kilogram saja.
Habibie, namanya. Seorang anak berusia dua tahun sembilan bulan asal Desa Bareng, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata didiagnosa menderita marasmus. Setelah sempat dirawat di UGD Puskesmas Kota Lewoleba, pasien yang hanya memiliki berat 6 kilogram itu akhirnya dirujuk ke RSUD Lewoleba, 4 Desember 2017.
Habibie terbaring lemah. Tangan kirinya dipasangi selang infus. Sambil diinfus, Habibie disusui ibunya.
Dilahirkan dari pasangan Muhammad Abdulah, asal Sumba dan istrinya Minah Sa’bah Lewotobi asal Desa Bareng, Kecamatan Omesuri ini tubuhnya kurus. Tulang belakang dan tulang iganya tampak menonjol begitu jelas. Kulitnya pun tampak pucat dan keriput.
Abdulah, ayah Habibie mengatakan anaknya sudah sering dibawa berobat di puskesmas. Saat itu, bidan hanya minta agar anaknya diberi makan nasi dan sayur marungga dan diberi minum susu.
Anaknya juga sempat hendak dirujuk ke rumah sakit, namun urung dilakukan karena ketiadaan dana. Ia dan istrinya akhirnya hanya pasrah dan sesekali membawa anaknya berobat ke puskesmas.
Minah Sa’bah Lewotobi, ibunya mengatakan, selama di Desa Bareng ia rutin mengikuti posyandu setiap bulan. Oleh bidan anaknya sudah divonis gizi buruk. Hanya saja, selama dua bulan ini ia tak sempat membawa anaknya ke posyandu karena ia pindah tinggal di Lewoleba mengkuti suaminya yang bekerja di Lewoleba sebagai buruh bangunan.
Di Lewoleba, lanjutnya, karena suaminya bekerja di pembangunan gedung Puskesmas Kota Lewoleba maka ia sempat tinggal di kompleks puskesmas dan pernah berobat di situ. Ia juga sempat berobat ke dr Osi dan diminta rujuk ke rumah sakit. Namun, kembali urung karena terkendala biaya
Ia mengatakan, Habibie adalah anak keempat. Ketiga kakaknya sehat. Saat dilahirkan, lanjutnya, kondisi Habibie normal. Ia lahir dengan berat 3 kilogram. Bulan lalu, lanjutnya, saat ditimbang, berat badan anaknya 7 kilogram dan saat masuk UGD Puskesmas dan dilakukan penimbangan berat badan anaknya hanya 6 kilogram.
Kepala Puskesmas Kota Lewoleba Magdalena Done yang ditemui di ruang kerjanya kaget saat disampaikan ada pasien gizi buruk yang dirawat di puskesmasnya. Ia mengaku tidak tahu karena beberapa hari belakangan ia sibuk.
Setelah diinformasikan, ia langsung bergegas menuju ruang UGD tempat Habibie dirawat. Setelah melihat kondisi pasien dan memanggil petugas gizi, ia langsung meminta dokter untuk merujuk pasien ke rumah sakit.
Done mengatakan, melihat kondisi pasien yang sudah sangat kritis maka ia memutuskan untuk dirujuk ke rumah sakit agar bisa mendapatkan penanganan lebih baik. Sebab, puskesmas tidak memiliki peralatan yang memadai.
“Kita rujuk ke rumah sakit saja karena fasilitas di sini terbatas,” kata Done.
Selain itu, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit agar bisa ditangani dokter spesialis anak dan penanganan gizi yang baik mengingat kondisinya bukan lagi gizi buruk tetapi sudah masuk kategori marasmus.
Sebelum dirujuk ke rumah sakit, saat berada di UGD Puskesmas Kota, Habibie ditangani dr Andre Dopo.
dr Andre menjelaskan, saat penanganan, ada penyakit penyerta yang dialami pasien yakni gangguan pencernaan atau diare. Pasien juga nengalami kekurangan cairan atau dehidrasi.
“Diagnosa awal dari kami masuk karena diare dan dehidrasi karena kekurangan cairan. Dan kondisi ini makin parah ditambah marasmus yang dialami pasien,” terang dr Andre.
Karena itu, setelah melakukan tindakan, ia kemudian merujuk pasien ke rumah sakit karena membutuhkan penanganan lebih intensif apalagi kondisi dan keadannya kurang bagus.
Kepala Dinas Kesehatan Lembata Lucia Sandra mengatakan, informasi adanya pasien marasmus tersebut akan dicek juga penyakit penyertanya sambil ditangani emergensi dan setelah itu baru pemulihan.
Walau sudah masuk kondisi marasmus, namun gizi buruk tidak berhubungan dengan KLB karena KLB hanya ditetapkan bagi penyakit yang menular cepat. Sedangkan kasus gizi buruk hanya perorangan dan tidak bersifat menular.
Karena Marasmus atau kerap disebut Busung Lapar adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk, sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan. (sandrowangak/*)