Suluh Nusa, Lembata – Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan dalam proses berbangsa, karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat akan menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.
Oleh sebab itu pembangunan karakter bangsa yang diimplementasikan di sekolah dalam bentuk pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu peserta didik mengenal, menyadari dan menghayati aspek-aspek sosial, moral, etika, yang dapat dijadikan acuan dalam bersikap dan berperilaku.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kepala Sekolah SMAN1 Ile Ape Aloysius Aba melakukan gebrakan baru untuk menembus perbedaan tentang menilai karakter anak di sekolah. Dia meluncurkan terobosan untuk menilai karakter peserta didik dengan melakukan survey melibatkan orang tua murid, Rabu 13 Januari 2021.
Mennurut Aba, saat ini pendidikan karakter sudah menjadi kebutuhan bagi generasi milenial. Berbagai cara dan strategi dilakukan oleh para pendidik maupun lembaga yang berkompeten, untuk membentuk kepribadian siswa agar menjadi sesorang yang berbudi pekerti luhur.
Ini mungkin baru pertama dilakukan oleh lembaga pendidikan di Indonesia, dimana Sekolah SMAN1 Ile Ape pada tahun pelajaran 2020/2021 menyiapkan instrumen dan angket yang dikirm kepada semua orangtua/walisiswa kelas XII, untuk melakukan penilaian sendiri terhadap perilaku kehidupan anak di rumah.
Ada empat aspek pokok yang menjadi tolok ukur pencapaian peserta didik, yaitu sikap spiritual, kepribadian, sikap sosial dan tanggungjawab.
“Ini dilakukan agar semua stakeholder bertanggung jawab terhadap perilaku anak dalam kehidupan sosial bermasyarakat.” katanya.
Pemerintah telah menetapkan implementasi pendidikan karakter sejak tahun 2011, yang terus diintensifkan dengan terbitnya Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, diperlukan bahan yang memberi wawasan kepada pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter.
Lebih jauh dia menyatakan, selama ini semua orang sering menilai dengan sudut pandang yang berbeda terhadap peserta didik. Anak berkarakter baik karena orangtuanya baik. Anak yang berperilaku buruk, itu karena salah didik dari para gurunya, “artinya guru selalu disalahkan,” jelas Alo saat diwawancarai awak media.
“Kita berharap melalui gebrakan ini dapat membentuk dan memperbaiki perilaku anak untuk meraih masa depan yang lebih baik dan berakhlak mulia.” tutup Aloysius Aba, Kepala Sekolah yang pernah meraih prestasi dan berdedikasi pada tahun 2018 dan 2019 ini.
Pantauan awak media dalam acara tersebut, orang tua/walisiswa yang hadir tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran covid -19 dan mengikuti kegiatan hingga selesai.*** (RJR/SN/weeklyline media network)