Tentang 1 Milyar dan Dapur Dalam Ruangan Guru
suluhnusa.com – Gedung SDN 1 Buaren terlihat begitu mewah. Dilengkapai dengan berbagai fasiltas pendukung. Ruang guru ada dapur. Bahkan fasilitas toilet pun dilengkapi dalam ruangan kepala sekolah. Nyaman, asri dan berseri.
Begitulah kesan pertama ketika masuk ke halaman SDN 1 Buraen di Desa Sonraen, Amarasi. Awalnya, pihak sekolah tidk menyangka akan mendapat bantuan dari PT. Astra International. Sebab, untuk mendapatkam bantuan Astra, SDN 1 Buaren bersama sepuluh sekolah lainnya di Timor, harus rela berdarah darah dalam mengikuti semua proses.
Astra pun tidak serta merta memberikan bantuan dengan membangun fisik semata. Tahun 2016, Astra memberikan bantuan percobaan untuk membangu satu sumur bor bagi sekolah tersebut. Membuat pelatihan terhadap guru guru. memberikan pelatihan dan peningkatan kelembagaan terhadap managamen sekolah dengan melibatkan kepala sekolah dan tata usaha.
Hal ini disampaikan oleh kepala SDN 1 Buraen, Kristiana Welly Ratuwalu, S.Pd, SD, ketika ditemui suluhnusa.com di ruangan kerjanya, 19 Mei 2018.
Ratuwalu menjelaskan, tahun 2016, adalah awal kontrak Astra bersama beberapa sekolah lainnya, SD Sonraen, SD Retraen, SDI Sahraen.
“Astra tidak serta merta membangun gedung sekolah. Kami ajukan proposal. Mereka turun survey. Awalnya mereka memberikan bantuan percobaan dengan sumur bor,” ungkap Ratuwalu.
Setelah itu, ungkap Ratuwalu, Astra melakukan kontrak lagi untuk membangun fisik sekolah pada akhir tahun 2017. Astra pun menggelontorkan uang senilai 1,8 milyar lebih untuk membangun 12 ruangan kelas, ruangan guru, ruangan UKS, ruangan WC, ruangan penjaga sekolah.
“Semua ruangan itu dilengkapi dengan fasilitas pendukung. Misalnya ruangan kelas dilengkapi dengan meja dan kursi belajar. Ruangan guru dengan semua fasilotas termasuk ada dapur dalam ruangan guru. UKS dengan obat obatan. Dan Perpustakaan dengan fasilitas buku dan media pembelajaran lainnya,” jelas Ratuwalu yan didampingi, seorang Guru Nikodemus Taek.
Lebih jauh Ratuwalu menjelaskan, Astra bukan saja membangun fisik gedung tetapi juga membangun dengan empat pilar yakni akademis, karakter, kecakapan hidup dan seni budaya.
“Seni budaya membantu sekolah berupa benang dan alat tenun. Untuk meningkatkan karakter, pelatihan dan pendampingan kurikulum 13, penyusunan RKS. Kecakapan hidup siswa dilatih menanam tanaman apotik hidup di Demplot Pertanian di halaman sekolah,” ungkap Ratuwalu, yang sudah puluhan tahun menjadi guru sekolah tersebut.
Hal senada juga disampikan Nikodemus Taek, salah seorang guru yang dipercaya untuk mengelolah Demplot pertanian.
Dia mengungkapkan, pada Januari – Maret, tahun 2017, Astra membantu siswa yang paling bodoh, dari lima sekolah bersama tiga guru, mendapat program GASING-Gampang, Asyik dan Menyenangkan.
“Utusan dari SDN1 Buraen adalah ibu Aryanti Seran dan siswa Ebet Tagu dan ternyata anak yang tidak bisa berhitung akhirnya mereka mengetahui cara berhitung gampang,” ungkap Taek yang guru bidang studi penjas yang sejak ditempatkan di sekolah tersebut tahun 1983 belum pernah pindah.
Astra juga, ungkap Taek, memberikan bantuan berupa demplot pertanian untuk melatih siswa menanam tanaman yang bermafaat.
“Dan demplot pertanian tersebut ditaman tamanam apotik hidup, sayur sayuran, Lombok, Terung dan ketimun,” ungkap Taek.
Selain membuat demplot pertanian, Astra juga membantu 150 bibit manga arum manis untuk ditanam di kebun sekolah.
Ratuwalu dan Taek berharap agar dengan kondisi sekolah yang sudah nyaman dirinya berkomitmen untuk melakukan akreditasi sekolahj pada tahun 2019 mendatang.
Sementara itu, Ketua pengurus YPA-MDR (Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim) Herawati Prasetyo menjelaskan, YPA menggandeng fisikawan jenius Indonesia, Prof Yohanes Surya, untuk meningkatkan kemampuan matematika anak-anak di SD binaan.
“Tahun lalu kita ambil siswa-siswi dari SD kita semuanya. Kan SD kita semuanya 34, kita ambil siswa-siswinya kita bawa ke Jakarta dua bulan. Nah itu kita training mereka matematika. Selama dua bulan itu dikasih pelajaran dari Profesor Surya, dari kelas 1 sampai kelas 6 selama dua bulan tamat matematika,” jelasnya.
Dari training tersebut, kata dia, baik guru maupun siswa akan diminta untuk berbagi apa yang didapat di Jakarta untuk dibagikan ke sekolah asalnya. Jika guru dapat berbagi metode pembelajaran yang efektif kepada guru lain, siswa juga dapat berbagi pengetahuan ke teman-temannya. Dengan begitu, ilmu pengetahuan akan tersebar secara lebih efektif.
“Kita ambil guru dan juga anak. Dari masing-masing sekolah itu kita ambil satu guru, satu anak. Supaya ada yang ngajak ada yang nemenin. Karena mereka kan kelas tiga, empat, masih kecil. Kita temenin dengan gurunya, dibawa ke Jakarta dua bulan dilatih. Pada saat pulang itu kita minta mereka mengimbaskan ke teman-temannya, gurunya diminta mengimbaskan apa yang didapat di Jakarta.”
“Jadi mereka melihat apa sih yang diajarkan matematika. Kita harapkan sudah jalan dengan adanya itu, paling enggak matematikanya itu lebih bagus. Lomba-lomba juga bisa bagus,” tutupnya.
Saat ini, sekolah binaan Astra di NTT terdapat di dua kecamatan. Pertama di Kecamatan Takari, yakni di SDN Bijaeshaan, SDN Bokong 2, SDN Oesusu, SDI Kiupakes, SDI Bokong 1. Adapun di kecamatan tersebut terdapat Jumlah 68 guru dan 614 siswa.
Sementara itu, di Kecamatan Amarasi Selatan terdapat SD Inpres (SDI) Sahraen, SDI Buraen 2, SDN Sonraen, SDN Retraeb, SDN Buraen, Adapun di kecamatan itu terdapat 57 guru dan 841 siswa. (habis)
sandro wangak